Friday, June 3, 2016

Sistem Pendidikan Di Negara Indonesia (Makalah)

Mata Kuliah: Ilmu Budaya Dasar
Dosen Pembimbing: Edi Fakhri



Disusun Oleh:

Dandi Agung Ray / 51415566
Universitas Gunadarma


2016


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia saat ini dirasa cukup gila. Apalagi setelah kemunculan kurikulum 2013 dimana untuk jenjang SMA, UN dilaksanakan ketika kelas 2 dan 3 SMA. Serta, sistem pendidikan di Indonesia (SD-SMA/K) dirasa sangat menekan siswa. Siswa terlalu lama berada di dalam ruangan tertutup (sekolah). Rata-rata saat ini siswa pulang sekolah pada sore hari (7jam di sekolah), belum lagi banyak tugas yang harus dikerjakan. Dirasa di Indonesia terlalu banyak jam pelajaran. Jika dibandingkan di Finlandia, tempat yang memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia namun jam pelajaran disana juga paling sedikit di dunia. Hal itu karena  siswa diberi sedikit pelajaran di sekolah, lalu siswa akan mengembangkan ilmunya sendiri di kehidupannya. Tentunya itu dapat membuat siswa lebih mandiri. Kami tidak menuntut agar kita seperti Finlandia, tapi kami ingin agar para petinggi di bidang pendidikan membuat reformasi pendidikan yaitu membuat sistem yang tepat berdasarkan pengamatan.
Terlalu lama di sekolah juga menyita waktu bermain anak. Dan bila waktu bermain anak tersita, maka sangat merugikan untuk psikologis anak. Ketika masa kecil tidak pernah main petak umpet, ketika dewasa ngumpetin duit orang lain (korupsi). Terlebih saat ini banyak orang berani membayar mahal untuk permainan, siapa bilang Lionel Messi tidak main bola? Dia sebenarnya bermain bola, hanya saja banyak orang mau membayar mahal untuk permainannya (sponsor). Bukan berarti kami disini enggan dengan pendidikan, tapi ketika masa anak-anak waktu bermain bisa menjadi pembelajaran tersendiri untuk mereka.
Dulu, Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa karena ketika itu dia tahu kalau setiap orang bisa belajar dimanapun, baik di lapangan, bawah pohon, atau alam terbuka lainnya. Lalu eropa datang dengan school, bagaimana bisa kita berpandangan luas kalau tempat belajar yang kita memiliki jarak pandang yang sempit.
Pembatasan Masalah
Dari uraian di atas dilihat begitu kompleksnya permasalahan dalam sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu Penulis membatasi beberapa masalah dalam penulisan makalah dengan “Kesalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia dan Solusi Sistem Pendidikan yang cocok di Indonesia.
2. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan
Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka tujuan penulisan adalah untuk mengetahui kesalahan-kesalahan apa saja yang ada pada sistem pendidikan di Indonesia yang dilihat dari kualitas pendidikan yang semakin hari semakin menurun.
Manfaat
Dari penulisan ini diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan pengetahuan serta wawasan penulis kepada pembaca tentang keadaan sistem pendidikan sekarang ini sehingga kita dapat mencari solusinya secara bersama agar sistem pendidikan di masa yang akan dapat meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang diberikan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Ternyata, sepak terjang sistem pendidikan telah terjadi sejak zaman dulu. Plato, filsuf terkenal dari Yunani, mendirikan akademi dengan nama Hekademos. Di akademi ini, Plato menerapkan gaya kritik spontan ala Sokrates sebagai sistem nilai, sehingga terciptalah universitas.
Selama berabad-abad akademi Plato berjaya sebagai pusat matematika dan etika, dua bidang yang berlandaskan prinsip-prinsip mutlak. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, Plato merancang tatanan masyarakat.
Dalam tatanan masyarakat tersebut, sekolah menjadi penentu peran setiap orang dalam masyarakat. Rakyat yang tidak cemerlang dalam berolahraga, akan dipaksa menjadi petani yang bercocok tanam demi kesejahteraan bersama.
Rakyat yang sangat menguasai dan hebat dalam berolahraga tapi tak mampu menguasai matematika, akan menjadi tentara. Sedangkan rakyat yang mampu menguasai matematika dan juga hebat dalam berolahraga, akan masuk dalam golongan elit sebagai orang yang dianggap telah ditakdirkan untuk memimpin negara. Tentu saja tatanan masyarakat tersebut gagal karena menghasilkan pemimpin korup yang membodohi rakyat.
Selain Plato, Ibnu Khaldun juga pernah mengkritisi pendidikan pada zamannya. Dalam buku An Arab Philosophy of History: Selections from the Prolegomena of Ibn Khaldun of Tunis (1332-1406), Ibnu Khaldun meninjau pendidikan dari segi psikologis.
Secara psikologis, pendidikan dibentuk berdasarkan kecakapan dan kemampuan seseorang. Setiap tindakan maupun gagasan, akan meninggalkan jejak pada pikiran setiap individu. Pengulangan berkali-kali dari tindakan yang sama mampu membentuk beberapa keterampilan.
Semakin pikiran mendekati bakat aslinya, semakin ia mudah untuk membentuk keterampilan dan kecakapannya. Ibnu Khaldun menyatakan, pada umumnya, setelah menguasai sebuah keterampilan, seseorang akan kesulitan untuk memperoleh keterampilan lainnya.
Itulah mengapa jarang sekali kita temukan penjahit profesional yang juga terampil sebagai tukang kayu. Di lain sisi, Ibnu Khaldun juga menemukan fakta bahwa mempelajari hal baru mampu mempertajam pikiran dan akan membuat orang memiliki cara berpikir lain ketika memahami subjek yang berbeda.
Ilmu hanya akan berkembang sebagai respon dari kebutuhan lingkungan sosial. Sebagai contoh, bila lingkungan sosialnya agraris, maka orang cenderung akan belajar cara bercocok tanam.
Dalam hal ini, Indonesia sedang dalam masa yang tidak jelas. Apa kebutuhan sosial Indonesia? Lantas, mengapa setiap murid diwajibkan untuk mempelajari seluruh ilmu yang ada? Mengapa pemerintah tidak pernah belajar dari sistem pendidikan yang pernah diterapkan sejak dahulu?
Pada zaman Ibnu Khaldun, sekolah mengajarkan banyak sekali subjek. Diantaranya adalah geometri, aritmatika, geografi, dan matematika. Ibnu Khaldun juga menemukan banyak sekali siswa yang stres. Pendidikan semacam ini terjadi pada era golden age, sementara Indonesia masih menerapkannya. Telat berapa tahunkah pendidikan kita?
“Di Indonesia ini, perbedaan antara buruh dan pelajar itu hanya satu, yakni buruh dibayar sementara pelajar membayar. Tugas mereka disamakan, begitupula tujuannya”. Di Indonesia ini, perbedaan antara buruh dan pelajar itu hanya satu, yakni buruh dibayar sementara pelajar membayar. Tugas mereka disamakan, begitupula tujuannya. Ibarat Mozart dan Einstein dipersaingkan untuk dinilai keahliannya dalam bidang Fisika. Sistem pendidikan kini yang bahkan pernah terjadi dan terbukti gagal di zaman Plato.
Ujian nasional terbukti gagal. Dari tahun ke-tahun, sudah menjadi rahasia umum bila soal ujian nasional ini bocor. Kegagalan ini disebabkan oleh sistem pendidikan yang sangat mengapresiasi hasil dibanding proses.
Awalnya dimulai dari sistem pendidikan yang mengajari muridnya belasan mata pelajaran hanya untuk dipersaingkan. Selain itu, orangtua sebagai pendidik utama juga kerap kali mengapresiasi nilai anak tanpa melihat prosesnya. Jadi, apabila nilai anak jelek, ia akan memarahi anaknya terlepas dari seberapa keras usaha sang anak.
Spesialisasi pendidikan harus dimulai sejak awal. Sistem pendidikan di Eropa mulai melakukan hal tersebut. Pendidikan dasar seharusnya mengajari anak bernalar, belajar, sambil bermain, bukan menguasai segala pelajaran seperti pendidikan Indonesia ini.
Seharusnya setiap sekolah diberikan hak untuk membuat beberapa kurikulum untuknya sendiri. Pemerintah tetap memiliki standar kurikulum, namun selanjutnya, biarkan sekolah yg membuat kurikulum sendiri agar persaingan antar sekolah semakin ketat dalam memproduksi murid yang cerdas. Tentu hal ini akan sangat membantu karena sekolah itulah yang paham kondisi sosial dan pendidikan yang dibutuhkan siswa disekitarnya.
Di Finlandia, guru dilarang memberikan pekerjaan rumah pada siswa sebelum ia berusia 16 tahun. Terbukti negara Finlandia menjadi negara dengan pendidikan terbaik sedunia. Di Jerman, siswa setingkat SMK tak diajari pelajaran yang tidak berhubungan dengan kemampuan siswa. Di Indonesia, siswa SMK tetap diajari untuk mempelajari pelajaran yang tak ada hubungannya sama sekali dengan jurusannya.
Kita mampu melakukan segala hal, namun tak ada satupun yang kita kuasai hingga muncul istilah “Asians;Jack of all trades, master of none”. Sudah saatnya pendidikan kita dibenahi. Tidak hanya menghapus ujian nasional, namun juga merombak sistem dari awal. Kita perlu revolusi pendidikan.
Menteri pendidikan seharusnya memiliki penasihat yang terdiri dari beberapa Profesor visioner. Selama pendidikan Indonesia masih seperti ini, pendidikan kita tidak akan maju. 20% APBN yang digunakan untuk pendidikan akan menjadi sia-sia.
Itulah mengapa menteri pendidikan harus berpikir maju dan terbuka. Orangtua juga perlu terlibat sebagai apresiator. Ubah kebiasaan apresiasi hasil daripada proses, karena dari sinilah mulainya akar korupsi dan kecurangan lainnya.
Seperti ucapan Ki Hajar Dewantara “Anak-anak hidup sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”. Negara tidak berhak menbandingkan kecakapan murid yang satu dengan lainnya. “Semua orang itu cerdas, namun bila engkau menilai ikan dari kemampuannya untuk memanjat, selamanya kau akan mempercayai bahwa ikan itu bodoh”, ujar Einstein.
Indonesia perlu merevolusi pendidikan karena pendidikan merupakan pondasi dasar kehidupan negara untuk menciptakan rakyat egaliter, jujur, sehat, cerdas, dan jauh dari kemiskinan.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang. Tidak seperti BBM, pendidikan akan terus beregenerasi menciptakan hal baru. Inilah mengapa pendidikan Indonesia amat penting untuk dibenahi.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Berikut beberapa kesalahan sistem pendidikan di Indonesia :
Terlalu Fokus pada Sistem Hafalan
Sejak kecil kita sudah dibiasakan untuk menghafal suatu materi pelajaran. Contoh pelajaran matematika. Sejak SD kita sudah dibiasakan untuk menghafal rumus-rumus yang cukup rumit tanpa kita diberitahu darimana rumus itu berasal. Hal inilah yang menyebabkan banyak siswa tidak paham dengan materi yang diajarkan. Siswa hanya didorong untuk mengingat, menyimpan dalam memori dan menghafal berbagai kata dan kalimat standar dengan tujuan mendapat hasil baik ketika ujian, baik ujian dikelas maupun ujian nasional. Padahal apa yang tertulis dalam segala materi pelajaran belum tentu tepat dan mungkin perlu redesign atau peninjauan ulang melalui pembahasan materi lebih teliti, juga sebagian besar adalah merupakan klasifikasi, materi dan bahan-bahan menurut paradigma berfikir barat yang Sekuler.
Lupa atau Sangat Kurang Penempaan Ketrampilan Dan Keahlian Kedua
TanganKesalahan fatal dalam sistem pendidikan di Indonesia adalah tidak menghargai pekerjaan dan ketrampilan tangan, termasuk pelatihan kerja. Siswa hanya diberi materi-materi tertulis di buku maupun materi-materi yang didikte, tetapi jika disuruh menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari tidak mampu, sebabnya kenapa? Karena siswa tidak didorong untuk menghasilkan karya nyata atas apa saja materi yang ditawarkan. Materi lifeskill amat kurang daripada materi menghafal dan tulisan sehingga hanya meluluskan nilai-nilai tertulis bukan nilai-nilai yang terimplementasikan dalam sebuah aktivitas.
Pelajar Tidak Terlatih Mengamati Alam
Salah satu kekeliruan terbesar dunia pendidikan kita adalah alam semesta telah terusir dan terpangkas menjadi pelajaran-pelajaran buku teks ilmu alam, bukan pelajaran tentang bagaimana mengamati, mengklasifikasi, meneliti dan mengobservasi alam secara langsung. Membenamkan teks dan kalimat bukan meneliti apalagi mengobservasi, tidak lebih hanyalah sebuah permainan kata-kata yang tidak bermakna dan penuh dengan kegiatan pembenaman kalimat-kalimat kedalam benak anak didik. Maka yang dihasilkan adalah manusia-manusia yang hanyalah sekedar meringkas, mencontek, mengeja, mengekor dan menjiplak hasil karya ilmiah yang dihasilkan oleh peneliti dan pengeksplorasi asing tanpa kita bisa menghasilkan individu-individu andal dibidang ilmu alam.
Sistem Pendidikan Penuh Tes Tertulis
Kesalahan terbesar dari sistem pendidikan di Indonesia adalah ujian pelajaran ditetapkan dengan tes tertulis bukan tes lapangan. Pelajar disibukkan dengan ulangan tertulis, otaknya penuh dengan kata, kalimat, angka dan peristiwa juga fakta-fakta yang mesti dibenamkan kedalam otaknya.
Maka pelajar kita hanya disiapkan untuk menjadi manusia ensiklopedia bukan manusia yang siap hidup dan berkarya nyata. Apakah teks-teks yang terdapat dalam buku pelajaran bisa menghidupi dirinya? TIDAK. Dia hidup dengan kedua tangannya dan kedua kakinya, bukan fakta-fakta dalam otaknya.
Sayang sekali kalau milyaran neuron otak dimanfaatkan hanya untuk menyimpan huruf-huruf mati. Kenapa mesti lulus dengan nilai-nilai hasil ujian tertulis bukan ujian praktek maupun ujian pengamatan observasi ataupun ujian keolahragaan fisik.
Amat Kurangnya Sekolah Kejuruan
Kesalahan fatal berikutnya adalah terlalu banyaknya sekolah umum mata pelajaran tulis  dan sangat kurang sekolah ketrampilan dan keahlian khusus. Padahal negara ini amat sangat kurang manusia-manusia berketrampilan teknik dan spesifik, malahan yang lebih dibudidayakan adalah manusia-manusia kalimat yang sibuk merangkai-rangkai huruf. Salah satu sebab keadaan negara saat ini limbung adalah manusianya yang tidak bisa menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri, tidak tahu apa yg akan dilakukan dengan ijazah tulis bacanya. Alhasil negara perlu uluran tangan teknisi asing dan bergantung pada kemurahhatian investor asing dalam membenahi ekonomi sosial negara.
Bagaimana bisa menerapkan ekonomi kerakyatan berbasis bangsa sendiri kalau sistem pendidikan hanya mencetak lulusan tulis baca? Bagaimana bisa membangun ekonomi politik mandiri jika sekolah kita menghasilkan lulusan para pemburu mejakursi kantoran bukannya lulusan pencipta kerja? Bagaimana bisa keluar dari krisis kalau bangsa ini hanya ditempat duduk, mendengar, tulis, hafal dan tes tulisan? Padahal Negara ini lebih butuh action dan acting yang penuh aktivitas kreatif inovatif dalam gerak dan aktivitas berkarya menghasilkan produk-produk bersaing dan penemuan-penemuan ilmiah demi bisa eksisnya bangsa ini dari tantangan kapitalisme yang siap mencengkram ekonomipolitik negara.
Padahal negara butuh devisa yang dihasilkan dari ekspor produk-produk unggulan tangan-tangan kreatif bangsa demi bisa membayar hutang yang berjumlah hampir 1300 trilyun. Padahal negara perlu keluar dari jeratan negara asing demi meningkatkan nilai tukar rupiah yang terpuruk akibat tidak adanya kecukupan devisa hasil eksport. Padahal sumberdaya alam andalan makin tipis, minyak makin terkuras, hutan makin rata, binatang punah, emas timah tembaga menipis. Dan negara butuh lampu aladin plus kemurahhatian investor asing untuk bersedia membawa devisa dan menanam modal dinegeri 1001 problema ini.
Kurangnya Penempaan Fisikalist
Ini juga termasuk satu kekeliruan fatal dari dunia pendidikan kita dimana anak didik tidak diberi program pelatihan, penempaan dan pembinaan fisik. Dan malahan sistem yang ditegakkan adalah sistem duduk selama 4-5 jam sehari dengan mata anak didik diarahkan kepapan tulis. Dan kegiatan tulis, menulis serta hitungan-hitungan digiatkan dengan harapan akan muncul manusia-manusia bergiat dan pekerja keras. Bagaimana bisa diciptakan generasi pekerja keras dan gesit jika hanya didudukkan dan dilem pantatnya dikursi sekolah, bagaimana bisa diharapkan akan lahir pekerja-pekerja trampil jika hanya dilatih duduk dibelakang meja selama 4-5 jam dalam ruangan kelas. Bagaimana bisa dihasilkan pelajar-pelajar rajin bersemangat jika diminta hanya duduk, dengar ceramah guru, catat dan dikte, hitung angka dan pulang. Bagaimana bisa dihasilkan pekerja-pekerja tangguh siap ekspor ketrampilan tinggi jika yang dihasilkan adalah generasi bermental meja, Berjiwa kursi dan berpola duduk.
Bagaimana bisa mencetak worldsports champions, jika fisiknya, tulang belulangnya, ototnya dan jiwanya hanya dilatih duduk, duduk dan duduk dibelakang meja selama 4-5 jam sehari sambil mendengarkan ceramah gurunya yang membosankan. Maka dari itu, lulusan kita bermental kantoran dan birokrat serta bersedia membayar mahal atau sogok hanya untuk mendapatkan sebuah kursi kerja kantoran dengan harapan mendapat gaji bulanan dan uang pensiun. kenapa?Karena hanya disuruh duduk, duduk, dan duduk sambil mencatat dan menulis. Hasilnya adalah pengangguran ketika mereka tidak memperoleh meja kerja kantoran
Lalu bagaimana dengan UN? UN sebenarnya memiliki maksud baik, namun kini UN malah terkesan mengerikan dan lebih banyak hal negatifnya. Mengapa UN mengerikan dan kurang berdampak positif?
Banyak orang bilang “Jangan membuat UN adalah segalanya.”, tapi nyatanya UN adalah segalanya. UN untuk mengukur keberhasilan siswa, menentukan siswa ke jenjang berikutnya, keberhasilan sekolah, keberhasilan guru, dsb. Dan yang membuat UN segalanya adalah Kemendikbud sendiri.
Ketika UN selalu ada istigosah bersama atau doa semacamnya. Hal ini terkesan sangat aneh, Karena seakan-akan UN mengandung unsur mistis dan hoki. Bukannya kami tidak mengakui pengaruh doa, tapi kenapa hanya UN saja yang “punya” istigosah? Kenapa ketika kita akan Ulangan Akhir Semester (UAS) atau Ulangan Harian (UH) tidak ada acara semacam istigosah gitu? Apa karena UAS dan UH tidaklah penting sehingga doa tidak lagi diperlukan?
UN seperti deskriminasi mata pelajaran. Mata pelajaran yang tidak di-UNkan terkesan tidak dihiraukan. Katakanlah mata pelajaran seni budaya, siswa akan lebih memilih belajar biologi daripada seni budaya, kenapa? Karena biologi adalah pelajaran UN sedangkan seni budaya adalah pelajaran non-UN. Lalu bagaimana dengan anak yang memiliki minat dan bakat pada pelajaran seni budaya? Mau atau tidak, dia harus memprioritaskan pelajaran biologi dan menomerduakan minat dan bakatnya.
UN sangat tidak efektif karena tidak diikuti dengan pemerataan pendidikan di pedesaan dan pelosok nusantara, terutama di Indonesia bagian timur.
Albert Einstein pernah berkata, “Seekor ikan akan terlihat bodoh jika disuruh memanjat pohon”. Mungkin itu ungkapan yang cocok untuk pendidikan Indonesia saat ini, dimana ketika pendidikan di tiap daerah tidaklah sama tetapi indikator kelulusannya (dipaksakan) sama.
B. Solusi Untuk Sistem Pendidikan Di Indonesia
Sudah banyak sistem yang telah dicoba oleh bangsa kita, akan tetapi sistem tersebut belum bisa membuat negara kita maju dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem baru yang bisa memperbaiki kondisi pendidikan di negeri kita yang tersayang.
Sistem yang saya maksudkan di sini adalah sistem pembelajaran focus on subject, maksudnya adalah di dalam menempuh sebuah pendidikan, kita tidak boleh melakukan pemaksaan kepada orang lain untuk mempelajari dan menekuni pelajaran yang mereka tidak inginkan atau sukai. Seharusnya kita memberikan kebebasan kepada seluruh pelajar untuk memilih bidang yang mereka sukai sesuai dengan minat dan bakatnya. Sehingga dengan begitu, mereka tidak akan tertekan dalam hal proses belajar mengajar, mereka akan belajar dengan nyaman dan tanpa beban karena apa yang mereka pelajari adalah bidang yang memang mereka inginkan yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Sehingga, akhirnya nantinya akan lahir pelajar-pelajar yang ahli di masing-masing bidangnya. Jadi, dengan begitu, dengan penerapan sistem ini, setiap siswa atau pelajar akan difokuskan untuk belajar sedikit saja yang penting mereka ketahui secara mendalam tentang apa yang mereka pelajari. Lagi pula, secara logika untuk apa kita mempelajari banyak hal kalau ternyata ilmu yang kita dapatkan mengenai pelajaran tersebut hanya kulitnya saja, tanpa kita mempelajari secara mendalam ilmu yang kita pilih.
Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Banyak orang yang mengatakan bahwa kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) di sebuah negara merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi serta perkembangan sebuah negara menuju negara maju. Semakin banyak penduduk sebuah negara, maka negara tersebut juga akan cepat mengalami perkembangan. Akan tetapi, jika kita bercermin ke negara kita yang tercinta yaitu Indonesia, hal tersebut tidak kita dapatkan. Indonesia memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat banyak, tetapi sampai sekarang negara kita masih berada pada posisi negara berkembang. Menurut saya, kuantitas SDM dari sebuah negara memang tidak bisa kita abaikan begitu saja, akan tetapi hal yang paling penting dari semua itu adalah kualitas yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di negeri tersebut.
Contohnya seperti negara China, selain memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, kualitas masyarakatnya juga sangat bagus yang tidak jauh berbeda dari negara-negara Eropa dan Amerika. Di negara ASEAN sendiri, kita bisa lihat bagaimana Singapore yang hanya sebuah negara kecil yang memiliki jumlah penduduk yang sangat sedikit dibandingkan Indonesia, akan tetapi Singapore lebih baik dan lebih maju dibandingkan Indonesia, begitupun dengan negara yang lainnya seperti Jepang, Korea dan yang lainnya. Apa sebenarnya yang membuat mereka bisa seperti itu? tidak lain jawabannya adalah karena kualitas masyarakat atau SDM-nya yang sangat bagus dibandingkan dengan Indonesia. Di sini, saya tidak mengatakan bahwa kualitas SDM atau masyarakat Indonesia itu sangat tidak bagus, akan tetapi kualitas tersebut masih perlu diperbaiki lagi dan ditingkatkan supaya kita tidak tertinggal dari negara-negara lainnya yang sudah maju.
Indonesia memiliki potensi yang sangat bagus untuk dikembangkan, apalagi kita didukung oleh Sumber Daya Alam (SDA) yang banyak dan melimpah. Banyak negara luar yang mengatakan bahwa Indonesia adalah surganya dunia. Jadi, apa lagi yang kurang dari negeri kita yang tercinta ini, tinggal kita sebagai penghuninya yang harus cerdas dalam memanfaatkan semua itu. Kualitas SDM sebuah negara tidaklah langsung tercipta begitu saja, akan tetapi dibutuhkan sebuah proses yang panjang dalam pembentukannya. Singapore yang dulunya tidak mendapatkan perhatian dunia internasional, sekarang sudah menjadi salah satu negara yang dianggap berhasil memajukan negaranya, serta menjadi representative dari komunitas ASEAN di mata dunia internasional. Oleh karena itu, untuk menjadikan negara kita ini maju dan berhasil, maka yang perlu kita lakukan adalah meningkatkan kualitas SDM yang kita miliki.
Dan menurut saya, cara yang paling bagus untuk meningkatkan kualitas SDM dari negara kita adalah dengan memperbaiki sistem PENDIDIKAN yang selama ini kita jalani dan terapkan di negara ini. Pendidikan sangat berperan penting dalam hal pembentukan karakter dan kualitas masyarakat sebuah negara. Jika kita memang tidak ingin ketinggalan dari negara lainnya, dan ingin bersaing di kancah internasional, maka Indonesia perlu mengevaluasi sistem pendidikan yang selama ini telah diterapkan. Kita mencari alternatif baru atau memperbaiki sistem yang sudah ada, intinya sistem pendidikan di Indonesia harus segera dibenahi. Dan menurut saya, tidak masalah ketika kita mengadopsi ataupun belajar dari pengalaman negara-negara lain dalam hal sistem pendidikan yang diterapkan di negaranya.
Pendidikan merupakan satu hal yang sangat penting untuk peradaban bangsa setiap Negara di dunia ini. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan hal yang sangat dinamis dan sangat peka terhadap perubahan berdasarkan perkembangan zaman. Pendidikan di Indonesia mengalami beberapa perkembangan sejak zaman perkembangan Hindu Budha sampai dengan zaman pasca reformasi sekarang. Perkembangan pendidikan di Indonesia mulai dari masa perkembangan Hindu Budha sampai paska kemerdekaan berkembang secara stimultan. Dari mulai perkembangan sastra yang dibawa oleh Hindu Budha, pesantren oleh masa perkambangan Islam, sampai sekolah yang dibawa oleh masa colonial Belanda sampai sekarang. Pendidikan di Indonesia mempunyai system semi disentralisasi. Yang dimaksud dengan semi disentralisasi adalah setengah disentralisasi setengah sentralisasi. Dalam konsep manajemen sekolah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan sekolah diserahkan sepenuhnya oleh sekolah, akan tetapi dalam system evaluasi masih menganut sentralisasi dimana ujian Negara diselenggarakan oleh pemerintah pusat.
Kurikulum di Indonesia telah mengalami pergantian beberapa kali hingga pada saat ini kurikulum yang bertahan adalah Kurkulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum ini disinyalir sebagai kurikulum yang paling baku diterapkan di Indonesia. Ketika Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) digulirkan, banyak pihak yang merasa senang bahwa sekolah mendapatkan kesempatan untuk menentukan sendiri arah atau model pendidikan disekolahnya. Namun, kemudian harapan itu sirna kembali ketika ternyata masih ada ujian nasional atau UAN yang membuat model pendidikan yang diberikan sekolah harus kembali lagi seragam. Tak terbayangkan memang ketika KTSP ini harus dilakukan disekolah-sekolah negeri yang satu kelas muridnya bisa sampai 40-50 orang, sementara gurunya hanya satu orang. Sungguh jauh panggang dari api atau bagai punguk merindukan bulan.
Sesuatu yang harus kita perbaiki adalah paradigma pemikiran. Baik itu dari para pengambil kebijakan (para pejabat di kementerian), para pelaksana di tingkat managerial (Para pejabat di tingkat dinas baik propinsi maupun kabupaten) sampai pada para pelaksana di lapangan (para guru). Tenaga kependidikan merupakan ujung tombak usaha perwujudan tujuan pendidikan. Tugas pokok mereka adalah menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan/atau memberikan pe1ayanan teknis dalam bidang pendidikan. Mereka terdiri dari tenaga-tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang dalam bidang pendidikan, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar. Semuanya itu harus berfungsi sebagaimana yang telah menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Jika semuanya bisa berjalan sesuai dengan koridornya, maka yakinlah, bahwa pendidikan di Indonesia bisa menjadi pendidikan yang terbaik di dunia.
Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki pendidikan yang ada di negeri ini, seperti yang saya sebutkan tadi bahwa tidak ada salahnya ketika kita mencoba meniru, mengadopsi serta belajar dari pengalaman negara lain dalam memajukan pendidikannya. Sudah banyak negara di luar sana yang telah berhasil mengembangkan pendidikan dengan metode yang mereka gunakan, dan salah satunya adalah negara Finlandia. Finlandia telah diakui oleh dunia internasional sebagai sebuah negara yang berhasil memajukan pendidikan di negaranya. Sedikit saya berikan gambaran pendidikan di Finlandia sebagai bahan acuan atau pelajaran bagi kita untuk memperbaiki sistem pendidikan di negara kita. Di Finlandia hanya ada guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke fakultas hukum atau kedokteran!
Jika kebanyakan negara percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, Finlandia justru beranggapan sebaliknya, testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata lolos dari ujian, ungkap seorang guru di Finlandia. Kita belajar di sekolah hanya ingin dapat nilai akademik yang bagus dan memuaskan. Faktor pemahaman dan penerapan menjadi elemen yang diremehkan, pokoknya yang penting nilai kita bagu. Pada usia 18 tahun, siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi. Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak pra-TK. Hal ini membantu siswa belajar bertanggung jawab atas pekerjaan mereka sendiri.
Semua siswa dibimbing menjadi pribadi yang mandiri, mencari informasi secara independent. Karena dengan adanya banyak pendiktean membuat para siswa akan merasa tertekan dan suasana belajar menjadi tidak menyenangkan. Bagaimana dengan siswa yang kurang cepat tanggap ? Mereka akan mendapatkan bimbingan yang lebih intensif. Inilah yang membuat Finlandia berhasil menyandang gelar Negara dengan pendidikan paling berkualitas di dunia. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan perilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, contohnya: Pertama, masuk kelas, kemudian datang tepat waktu, berikutnya membawa buku, dsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha. Dari sini, dapat dilihat sangat tercermin kalau guru di sana tidak menuntut anak didiknya untuk mengerjakan dengan hasil yang harus benar, para guru Finlandia menghargai setiap usaha dari siswanya.
Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Adanya ranking hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya. Dari gambaran ini, kita bisa belajar bahwa ternyata, negara yang tak diunggulkan bisa menjadi yang terbaik di dunia, tentu semua itu karena adanya kemauan & usaha yang keras serta kesolidan dari berbagai pihak.
Selain di Finlandia, Indonesia juga bisa belajar dari negara-negara lain yang memiliki sistem pendidikan yang sangat bagus. Menurut saya, kita harus bertindak dari sekarang, kita bisa belajar dari sistem yang diterapkan di Finlandia. Selain itu, dalam hal proses pembelajaran siswa tidak boleh dipaksa untuk mempelajari pelajaran yang tidak mereka sukai, setiap siswa memiliki kelebihan tersendiri di bidang tertentu. Kita tidak bisa memaksakan semua siswa harus suka belajar matematika, karena ada siswa yang tidak memiliki keahlian sama sekali di bidang matematika, akan tetapi orang tersebut memiliki keahlian di bidang seni misalnya. Oleh karena itu, sistem pendidikan yang selama ini hanya melakukan pembagian jurusan ketika SMA, mungkin mulai sekarang, sistem pembagian jurusan itu sudah dilakukan di bangku SMP (Sekolah Menengah Pertama). Di sini, siswa bebas menentukan kelas jurusan apa yang ingin mereka masuki sesuai dengan minat dan bakatnya. Dengan begitu, saya sangat yakin bahwa siswa akan belajar dengan santai serta siswa tidak akan mengalami yang namanya stres Karena bidang yang mereka pilih adalah bidang yang mereka memang sukai, mereka pilih tanpa ada paksaan dari siapapun.
Pendidikan di Indonesia seharusnya memang seperti itu, kita mengarahkan setiap siswa untuk focus ke bidangnya masing-masing, sehingga dengan begitu, nantinya kita akan lahirkan para pelajar yang ahli di bidangnya masing-masing. Untuk apa kita memaksa seseorang untuk belajar sesuatu yang tidak dia inginkan, hal tersebut sama saja kita membunuh kreativitas siswa tersebut, serta secara perlahan kita akan membuatnya menjadi gila. Selain itu, untuk apa kita mempelajari banyak hal kalau ternyata ilmu yang kita dapatkan mengenai pelajaran tersebut hanya kulitnya saja, tanpa kita mempelajari secara mendalam ilmu yang kita pilih. Akan tetapi, ketika kita sudah bagi dari awal, maka kita akan focus ke bidang kita masing-masing untuk bukan hanya sekedar mempelajari kulitnya, akan tetapi kita akan bisa memahami sampai isi terdalamnya. Sistem seperti inilah yang banyak diterapkan di negara-negara maju seperti Amerika dan China. Mereka memang mempersiapkan masyarakatnya untuk dididik di satu bidang, yang nantinya diharapkan orang tersebut akan menjadi orang yang ahli di bidangnya yang dapat memberikan kontribusi untuk bangsa dan negaranya. Tidak ada kemustahilan di dunia ini, dalam hal ini, saya secara pribadi sangat mengharapkan Indonesia dapat belajar dari pengalaman Finlandia tersebut serta negara-negara maju lainnya khususnya dalam bidang pendidikan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah di atas adalah. Semua pelajaran di sistem pendidikan di indonesia itu berguna dan baik untuk semua siswa tetapi, Tidak semua siswa memiliki kemampuan di bidang yang sama setiap individu Siswa memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing alangkah baiknya pemerintah meperhatikan itu, Para siswa juga harus diberikan kebebasan untuk mengembangkan bakat dan minat mereka masing-masing, jika siswa dituntut untuk belajar disekolah mulai dari pagi sampai sore lantas kapan waktunya untuk mengembangkan bakat dan minat mereka. Para siswa juga butuh waktu untuk bermain karena siswa itu manusia bukan robot yang bisa dipaksa untuk terus mencari ilmu, ada waktunya untuk belajar dan ada waktunya untuk bermain sekedar menghilangkan stress.
Saran
Saran saya supaya pemerintah lebih memperhatikan bakat dan kemampuan para siswa, dan memberikan waktu untuk para siswa mengembangkan bakat mereka masing-masing.
Daftar pustaka

0 comments:

Post a Comment